Keanekaragama Hayati Pulau Sulawesi - Sulawesi merupakan salah satu pulau besar dan penting di Indonesia, karena secara biogeografi termasuk dalam kawasan Wallacea, suatu kawasan yang terdiri atas pulau Sulawesi, sebagian Maluku, kepulauan Banda, dan kepulauan Nusa Tenggara Barat, dengan luas keseluruhan sekitar 346.782 km2. Wilayah ini sangat unik karena merupakan tempat bercampurnya tumbuhan, hewan, dan hidupan lain dari Asia dan Australia, serta merupakan kawasan peralihan ekologi (ekoton) antara kedua benua tersebut (Mittermeier et al., 1999). Kawasan ini dinamakan Wallacea, merujuk nama Alfred Russel Wallace, seorang penjelajah alam dari Inggris yang pada tahun 1850-an melakukan ekspedisi di kawasan ini. Hasil penelitiannya dipublikasikan dalam buku The Malay Archipelago yang menyimpulkan bahwa flora dan fauna di kawasan ini banyak yang unik dan spesifik, serta mempunyai biogeografi tersendiri yang berbeda dengan bagian barat dan timur Indonesia. Karena hasil pemikirannya ini, Alfred Russel Wallacea dikenal sebagai Bapak Biogeografi, studi tentang persebaran geografi tumbuhan dan hewan (Whitten et al., 1987; Kinnaird, 1997; Mittermeier et al., 1999).
Pulau sulawesi |
Whitmore (1989) dan Mittermeier et al. (1999) menyatakan bahwa kondisi biogeografi pulau Sulawesi yang spesifik merupakan akibat proses pembentukan pulau ini sejak masa purba. Menurut Kinnaird (1997), kawasan ini memiliki sejarah geologi yang komplek, meliputi pergeseran lempeng bumi, perbenturan antar lempeng bumi, pergolakan dalam perut bumi, dan kegiatan gunung api yang memuntahkan isi perut bumi, hingga menjadikan bentuk pulau Sulawesi unik dan tidak beraturan seperti saat ini.
Pembentukan pulau Sulawesi dimulai sekitar 200 juta tahun yang lalu, ketika benua besar purba Gondwana (sebelumnya Pangea) terpecah-pecah karena pergerakan lempeng bumi di bawahnya. Di antara pecahan-pecahan benua tersebut ada sebagian yang bergabung kembali membentuk pulau-pulau baru . Salah satu penggabungan yang penting secara biogeografi adalah pertemuan sebagian benua Asia dan Australia yang memungkinkan perpindahan dan percampuran flora dan fauna yang sedang berevolusi. Salah satu pecahan daratan Asia bergerak ke arah timur dan kelak membentuk Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi barat. Selanjutnya sekitar 100 juta tahun yang lalu, Australia bersama dengan Irian (Papua) dan Sulawesi timur, memisahkan diri dari Antartika dan bergerak ke utara dengan membawa serta mamalia, burung dan tumbuhan berbunga. Kemudian sekitar 60-70 juta tahun yang lalu, Sulawesi barat terpisah dari Kalimantan, lalu sekitar 15 juta tahun yang lalu Sulawesi timur memisahkan diri dari Irian, serta bergerak ke barat menabrak fragmen Sulawesi barat, sehingga pecahan tersebut membelok dan semenanjung utaranya berputar hampir 90 derajat ke posisinya yang sekarang. (Moss and Wilson, 1998). Aktifitas geologi ini menyebabkan pulau Sulawesi secara biogeografi terisolasi dari pulau-pulau di sebelah barat (Asiatis), maupun di sebelah timur (Australis). Isolasi geografi pulau Sulawesi dan kondisi lingkungannya, seperti variasi topografi, gradien elevasi, dan variasi jenis tanah menyebabkan flora dan fauna di bioregion ini berkembang secara khas (Siebert, 2000). Struktur dan komposisi biota pulau ini sangat unik, walaupun jumlah jenisnya relatif sedikit, dimana jumlah jenis ntumbuhan tinggi diperkirakan hanya 5000 spesies, termasuk 2100 tumbuhan berkayu (Whitten et al., 1987; Keßler et al., 2002). Di pulau ini hanya didapatkan 7 spesies anggota familia Dipterocarpaceae, kelompok tumbuhan berhabitus pohon yang bernilai ekonomi tinggi dan mendominasi hutan-hutan di Kalimantan (267 spesies) dan Sumatera (104 spesies). Fagaceae menunjukan pola yang sama dimana 6 spesies Lithocarpus dan 2 Castanopsis dari Sulawesi, dibandingkan dengan 60 dan 21 tercatat dari Kalimantan masing-masingnya (Keßler 2002). Kemolekan fisik pulau Sulawesi dengan pegunungan berselimut hutan dan terumbu karang yang mengagumkan menyimpan pesona kehidupan biologi, berupa flora dan fauna yang unik dan spesifik (Kinnaird, 1998; Yuzammi dan Hidayat, 2002). Keanekaragaman hewan di kawasan meliputi sekitar 289 spesies burung, 114 spesies mamalia, dan 117 spesies reptilia (Ministry of Population and Environment Republic of Indonesia, 1992). Di pulau ini dikenal beberapa fauna endemik seperti anoa (Buballus depresicornis dan B. quarlesii), tarsius ( , , dan ), maleo ( ), burung alo ( dan ), babirusa ( ), musang raksasa ( ), kuskus ( dan ), jalak sulawesi ( ) dan sp salah satu species ikan purba (ikan fosil) yang ditemukan beberapa tahun yang lalu Tarsius spectrum T. pumillus T. diannae Macrocephalon maleo Rhyticeros cassidix Phanelopides exerhatus Babyrousa babyrusa Macrogalidia muschen-broekii Ailurops ursinus Strigocuccus celebensis Scisirostrum dubium Latimeria dari perairan Sulawesi Utara.
Title : Keanekaragama Hayati Pulau Sulawesi
Posted by :
Published : 2013-06-18T02:05:00+08:00
Posted by :
Published : 2013-06-18T02:05:00+08:00